AstroNesia ~ Peta pertama usia lengkap Bima Sakti menunjukkan bahwa galaksi tumbuh dari dalam ke luar.
Untuk membuat peta ini, ilmuwan mengukur komposisi dan massa dari bintang raksasa merah untuk menentukan usia mereka. Menggunakan teknik revolusioner, para peneliti menemukan bahwa bintang Bima Sakti yang lebih tua cenderung terletak dekat pusat spiral galaksi, sedangkan generasi berikutnya terbentuk di sekitar tepi disk yang menyebar.
"Ini adalah kunci untuk memahami pembentukan galaksi," kata Melissa Ness, seorang mahasiswa postdoctoral di Max Planck Institute for Astronomy di Jerman, mengatakan pada konferensi pers hari ini (8 Januari) di Pertemuan ke-227 American Astronomical Society di Kissimmee, Florida . Ness memimpin sebuah kelompok yang menggunakan Sloan Digital Sky Survey (SDSS) untuk mempelajari cahaya, atau spektrum, dari bintang-bintang raksasa merah untuk menghasilkan peta pertama usia global Bima Sakti.
Lengan spiral yang akrab Bima Sakti terletak dalam cakram pipih dari debu dan bintang. Pemilahan bintang di disk dengan usia dapat membantu para ilmuwan untuk lebih memahami bagaimana galaksi berkembang secara keseluruhan. Untuk melakukan itu, Ness dan timnya mempelajari bintang-bintang raksasa merah, bintang terang yang ada hubungannya antara umur dan massa.
Hubungan itu tergantung pada kehidupan beberapa bintang. Sementara beberapa bintang mengakhiri hidup mereka dalam ledakan supernova, bintang yang lain tidak memiliki massa yang cukup untuk menghasilkan kembang api tersebut. Sebaliknya, dalam tahap kedua dari terakhir di hidup mereka, bintang seperti matahari membengkak dan menjadi raksasa merah, yang memiliki jari-jari besar tapi massa rendah.
Dengan menggunakan SDSS' Apache Point Observatory Galaxy Evolution Experiment (APOGEE), tim menargetkan 70.000 raksasa merah untuk menentukan usia dan lokasi mereka. Tetapi menentukan massa bintang tersebut, yang berarti dapat menentukan usianya, telah menjadi tantangan lama bagi para astronom. Untuk memecahkan misteri ini, tim beralih ke NASA Kepler. Walau terkenal menemukan exoplanet, Kepler juga telah mengungkapkan banyak informasi tentang bintang sejak observatorium ini diluncurkan pada Maret 2009.
Dalam sebuah studi independen, Marie Martig dari Swinburne University of Technology di Melbourne, Australia, memandang 2.000 bintang yang massa dan usianya telah ditentukan oleh Kepler. Dengan membandingkan nilai-nilai dengan pengukuran dari karbon dan nitrogen bintang yang diperoleh APOGEE, ia mampu menghitung hubungan antara massa dan usia raksasa merah dengan kelimpahan karbon dan nitrogennya. Ness dan timnya, yang termasuk Martig, kemudian menggunakan hubungan itu untuk menentukan massa 70.000 bintang raksasa merah yang dipelajari APOGEE di cakram Bima Sakti.
"Ini agak revolusioner, karena sebelumnya menentukan usia telah dianggap sangat sulit untuk di dapatkan," kata Ness.
Dengan peta usia ini, para ilmuwan mampu untuk memetakan bagaimana Bima Sakti telah berkembang sepanjang masa. Mereka menemukan bahwa bintang yang lebih kuno, bintang berusia 13 miliar tahun adalah yang pertama terbentuk di awal masa alam semesta. Saat galaksi muda mengumpulkan gas dan debu, cakramnya tumbuh di sekitar tepi, materi ini menjadi lokasi pembentukan bintang generasi berikutnya.
"Galaksi kita tumbuh, dan tumbuh dengan tumbuh," kata Ness.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar